FaveHote Mex
00.23 |
|FaveHotel
Mex Surabaya. Hotel minimalis, ekonomis, dan strategis. Salah satu
rekomendasi penginapan yang lumayan oke bagi pengunjung Kota Surabaya.
Ini dia ulasannya.
Usai menghadiri acara utama, saya menyempatkan diri untuk berkeliling di sekitaran Pregolan. Sungguh, saya suka area Pregolan! Beberapa bangunan tetap mempertahankan arsitektur lama. Banyak pepohonan yang (sepertinya) berusia ratusan tahun.
Saya
mendapat tugas luar kota pertama di tahun 2015 pada Sabtu, 17 Januari
lalu. Tujuannya Surabaya. Salah satu kota tersibuk di Indonesia, ibu
kotanya Jawa Timur. Saya bertugas untuk mengikuti pre conference IDMC
2015 di GKI Pregolan Bunder Surabaya. By the way, IDMC itu singkatan
dari Intentional Disciplemaking Churches. Sebuah seminar tentang
pemuridan yang puncak kegiatan regionalnya berlangsung di Hotel Bumi
Surabaya pada Maret mendatang.
Waktunya
untuk studi banding hotel-hotel di Surabaya. Atas rekomendasi seorang
senior di gereja, saya menginap di FaveHotel Mex Surabaya. Tawaran di website
mereka memang cukup menggiurkan untuk saya yang menginginkan penginapan berkualitas dengan harga terjangkau.
mereka memang cukup menggiurkan untuk saya yang menginginkan penginapan berkualitas dengan harga terjangkau.
FaveHotel
Mex merupakan budget hotel ala Aston Hotel. Salah satu hotel murah di
Surabaya tetapi tidak murahan. Hotel ini terletak di Jl. Pregolan
Bunder. Letaknya dekat dengan Jl. Basuki Rakhmat yang hidup 24 jam.
Suasananya benar-benar seperti kawasan Sudirman, Jakarta.
Turun
dari taksi, saya disuguhkan bangunan berupa bangunan bertingkat dengan
nuansa yang colorful. Saya agak kebingunan ketika masuk ke dalamnya.
Pemandangan pertama saya adalah restoran bernuansa oriental yang kental.
Clingak - clinguk, akhirnya saya menemukan lobi hotel yang ternyata
berada di lantai 3.
Young
and colorful. Begitulah nuansa yang saya dapatkan di lobi hotel.
Interior ruangan menggunakan permainan warna-warna cerah. Sayang,
kecerahan itu tidak terasa pada staf hotel yang kebanyakan masih berusia
awal 20-an. Stafnya agak kewalahan menghadapi tamu di akhir pekan.
Butuh waktu lebih dari 15 menit sebelum saya benar-benar sah menikmati
pesanan kamar.
Saya
memesan standard room dengan satu tempat tidur. Cukup kaget ketika
masuk ke dalam kamar. Benar-benar kamar yang minimalis dan sempit.
Ukurannya 16 meter persegi tanpa jendela. Kamar mandi dengan dinding
kaca membuat ruangan terasa sedikit lebih luas. Namun jika dilihat dari
dalam kamar mandi, wow saya merasa malu sendiri.
Namanya
juga hotel bujet. Harganya minimalis dan fasilitas yang tersedia
hanyalah fasilitas utama. Sebut saja tempat tidur, meja kerja, televisi,
pendingin ruangan, toilet, shower, gelas, air mineral ukuran botol
kecil, dan peralatan mandi utama. Untungnya masih ada brankas tempat
menyimpan barang berharga.
Tidak
ada di kamar namun bukan berarti tidak tersedia. Manajemen hotel tetap
menyediakan kamar dengan jendela jika kita memang memesannya dengan
detail. Fasilitas seperti shower cap, hair dryer, setrika, dan lainnya
akan diantarkan ke kamar setelah kita memesan terlebih dahulu.
Meja
kerja di kamar yang saya pesan tergolong mungil sekali. Space langsung
habis ketika saya menjejer notebook ukuran 13 inchi dan netbook ukuran 7
inchi. Belum lagi ternyata stop kontak yang tersedia hanya untuk
colokan kaki tiga. Gagal sudah bekerja di atas meja. Saya terpaksa
mengetik di sela tempat tidur yang jaraknya 40-50 cm saja. Pilihannya
mendekat ke stop kontak di dekat tempat tidur atau di kamar mandi.
Untungnya lantai di kamar menggunakan aksen kayu sehingga terasa sedikit
hangat ketika diduduki tanpa alas apa pun.
Usai menghadiri acara utama, saya menyempatkan diri untuk berkeliling di sekitaran Pregolan. Sungguh, saya suka area Pregolan! Beberapa bangunan tetap mempertahankan arsitektur lama. Banyak pepohonan yang (sepertinya) berusia ratusan tahun.
Kawasan
Pregolan memang bersahabat untuk pejalan kaki. Tenang sekali padahal
ada di pusat kota. Saya mengibaratkan seperti kawasan Sagan di
Yogyakarta, tempat saya tinggal saat ini. Musuh utama saya ketika
jalan-jalan malam cuma nyamuk-nyamuk edun!
Pemandangan
berangsur ramai ketika ada di penghujung Jl. Pregolan menuju Jl. Basuki
Rakhmat. Tempat makan tersedia dalam ragam yang berbeda-beda. Sebut
saja Boncafe, restoran andalan anak gaul Surabaya.Tepat di sebelahnya
ada Holycow yang sama-sama mengandalkan steak sebagai menu utama. Selain
itu ada juga restoran cepat saji seperti McDonald dan KFC di seputaran
Tunjungan Plaza. Tak lupa Alfamart, minimarket 24 jam, yang membuat saya
jadi tidak tertarik berkunjung ke minimarket hotel.
Saya
sendiri memutuskan membeli nasi goreng kaki lima. Nas goreng khas
Surabaya ini rasanya enak! Saya lebih suka nasi goreng ini dibanding
nasi goreng jawa (baca : jogja). Tidak terlalu manis dan lebih gurih.
Saya penasaran warna merah yang sepertinya menjadi penanda nasi goreng
Surabaya. Oiya di sekitar FaveHotel Mex juga ada masakan tradisional
lainnya seperti nasi bebek, sate ayam, nasi soto, dan warung sejenis
angkringan 24 jam.
Sebenarnya
ada beberapa restoran di Mex Building, lokasi tempat FaveHotel Surabaya
ini. Di lantai basement ada Drago Restaurant yang menjadi lokasi
sarapan para pengunjung FaveHotel. Tepat di depannya, ada food court
yang buka 24 jam. Di lantai satu terdapat Fu Yuan, restoran oriental
yang sempat saya sebut pada awal tulisan. Ulasan tentang Fu Yuan cukup
oke ketika saya cek di Foursquare. Lalu ada juga restoran jepang yang
saya lupa namanya. Letaknya di lantai paling atas berdekatan dengan
tempat kongkow malam ala FaveHotel.
So far, FaveHotel lumayan oke untuk jadi tempat persinggahan bagi mereka yang ingin penginapan berkualitas di Surabaya.
Nilai Plus (+) :
1.
Ekonomis. Harga terjangkau mulai dari 300 ribu-an. Pemesanan akan jauh
lebih murah via online. Lebih murah lagi ketika memesan lewat website
resmi FaveHotel Mex Surabaya.
2. Strategis. Terletak di pusat kota Surabaya. Dekat ke Tunjungan Plaza juga, lho!
3. Minimalis. Desain minimalis dan nuansa yang cheerful bisa menjadi moodbooster untuk hati yang temaram. Halah!
Nilai Minus (-) :
1.
Standard room tergolong sempit.
2.
Tidak kedap suara. Kita dapat mendengar sayup-sayup suara dari kamar
sebelah. Jangan berpikiran menyalakan TV atau musik dengan volume yang
keras.
3.
Young and newbie. Staf hotel masih sangat belia dan sepertinya minim
pengalaman sehingga kurang cekatan. Semoga dengan berjalannya waktu
mereka semakin mahir dalam bekerja.
0 komentar:
Posting Komentar